Minggu, 20 Oktober 2013

Pengorbanan Menjemput Adik

0

Hari sudah mulai gelap, aku rasa, ku harus menjemput adikku di rumah paman, sebenarnya aku baru ke-2 kalinya ke rumah pamanku, aku rasa yang pertama sejak aku masih di dalam kandungan. Hari terus menggelap aku menaikan kecepatan sepedahku, dan akhirnya aku sampai, tapi sebenarnya aku sampai di hutan bukan rumah pamanku, aku kebingungan, kemana arah yang benar.
Di dalam hutan yang sunyi, sepi, aku tetap harus berjalan dan kemudian aku melihat sebuah lampu, yang sepertinya itu lampu mobil seseorang, kemudian aku mendekatinya dan ingin menumpang.
“pak, pak, tolong berhenti pak!” seruku.
“Ngiiittt…” (suara rem mobil si bapak itu)
“ada apa dek?” tanya supir mobil tersebut.
“pak, boleh saya numpang ikut mobil bapak?”
“tapi ada syaratnya dek!”
“apa pak?”
“tapi jagain ayam-ayam saya ya!”
“siap pak, akan saya laksanakan!”
Dan akhirnya aku menyesal karena menuruti syarat supir tersebut, aku duduk di gerbong belakang mobil yang isinya ayam semua, dan akhirnya aku sampai di depan rumah pamanku, tapi aku tidak langsung menuju rumah pamanku, aku mencari-cari mesjid, dan akhirnya aku ketemu mesjid yang jaraknya lumayan dekat dari rumah pamanku dan akhirnya aku langsung menuju tempat wudhu mensjid tersebut, bukanya aku ingin wudhu lalu sholat, tetapi aku ingin mencuci tubuhku yang dipenuhi kotoran ayam.
Akhirnya tubuhku sudah agak bersih, tinggal di bagian celanaku, lalu aku melihat keluar untuk melihat, ada orang atau tidak, lalu celanaku aku buka, lalu aku taruh, dan aku kaget karena ada suara orang adzan isya, aku langsung mencari-cari celanaku, aku lupa dimana aku menaruh celanaku, aku panik, dan tiba-tiba ada suara bapak-bapak yang akan menuju ke tempat wudhu, aku tambah panik, lalu aku nekad memanjat tembok tempat whudu tersebut, ternyata usahaku gatot (gagal total) celana dalamku tersangkut di paku, lalu aku tidak jadi lompat keluar, lalu aku masuk lagi ke dalam untuk melepaskan paku dari celana dalamku.
Ternyata aku salah perhitungan, celana dalamku tersangkut paku yang tingginya sampai satu meter, otomatis aku bergelantungan di atas tempat whudu, dan tiba-tiba bapak-bapak tersebut datang, bapak-bapak tersebut kaget sekali melihatku, lalu mereka keluar lagi, disana aku lega sekali, ternyata aku salah lagi, bapak-bapak itu malah membawa sapu dan ingin memukulku yang disangka aku orang gila, aku langsung memanjat kembali dan kabur ke rumah paman dengan menggunakan celana dalam yang robeknya sangat besar.

0 komentar:

Posting Komentar